Kupikir masa depan itu nanti
Bermasa-masa lagi
Entah 5, 6, atau 7 tahun lagi
Kupikir masa depan itu nanti
Ketika kata “mapan” sudah terselip sebagai title tak resmi kehidupan sehari-hari
Kupikir masa depan itu nanti
Saat sebagian fondasi mimpi sudah terbangun untuk menuju kokoh
Saat satu telunjuk dapat mewakili sebuah keinginan
Tapi untuk sebagian dari kita, masa depan itu berjarak lebih pendek
Mungkin waktu tidak lebih bersahabat pada mereka
Mereka sudah tidak memiliki ruang lagi untuk mimpi muluk siang bolong
Mereka sedang berjuang menurunkan ego untuk mengemis hidup
Keinginan disembunyikan rapat-rapat untuk memberi tempat pada kebutuhan
Air mata sengaja dikeringkan agar tidak lagi dapat tumpah meruah
Keringat dingin sudah menjadi teman setia untuk menjalani hidup sehari-hari
Bahkan untuk sebagian dari kita waktu adalah musuh terbesar yang terus mengajak berlomba setiap detiknya
Masa depan tak lagi penting untuk diketahui berapa lama jaraknya
Masa depan menurut mereka adalah esok hari
Ketika nasi putih masih dapat dimasak
Ketika alas tidur masih cukup hangat untuk dibaringkan
Bahkan mungkin masa depan menurut mereka 5 menit dari sekarang
Ketika nafas masih bisa bersambung di jasad mereka yang kelaparan
Ketika tawa masih bisa meramaikan hari mereka yang berat
Untuk beberapa dari kita
Masa depan terlalu mengerikan untuk diperbincangkan
Terlalu tabu untuk dipertanyakan
Entah apapun definisi masa depan itu,
Kuharap pada masanya di beberapa waktu kedepan
Setiap jiwa meraih kesenangannya dalam hidup
Karena hidup ini seperti air yang mengalir, juga seperti semesta yang bergerak
Tidak mungkin stagnan di satu titik dan memusuhi waktu
Jadi apa itu masa depan?
Beberapa dari kita lebih memilih untuk bungkam, hanya agar sebuah masa tidak perlu lagi dipertanyakan.
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_vvl0H3AhVLI73T49M3jO-dgDSrmz6ADbPf55wi6pNis04F_8mH0cWHWtV1WzbqFjNiHVebob8Zk1KAdyIXm-hQiAdu4tL9fQNyXXPGknPO7Ut4JHTwHPk=s0-d)